31.12.11

Donat Madu Cihanjuang

Sebenarnya Donat Madu Cihanjuang ini sudah lama berdiri tidak jauh dari rumahku. Harganya yang terjangkau tapi rasa dan kualitasnya tidak kalah dengan donat yang banyak dijual di mall, semakin membuat donat madu ini terkenal di wilayah Cimahi dan sekitarnya. Bahkan kini, donat madu sudah memiliki beberapa cabang di kota lainnya. Di dekat rumahku, Donat Madu Cihanjuang terletak di jalan Cihanjuang no. 158A Cimahi.




Pertama kali aku membeli donat madu, harganya masih Rp. 2000,- / buah. Kini harganya sudah mancapai Rp. 3000,- / buah dengan varian rasa yang semakin banyak. Kini donat madu punya 27 varian rasa dan bentuk yang sangat menarik. Kemasannya pun semakin hari semakin terlihat menarik.


Kemasan Donat Madu Cihanjuang

Beberapa varian rasa Donat Madu Cihanjuang

Aku pernah membawa donat madu ini ke tempat kerja dan ternyata semua teman-teman kerjaku juga suka rasanya. Sampai aku pernah membeli 4 lusin sekaligus untuk pesanan teman-teman di tempat kerja. Beberapa kali membeli dalam jumlah banyak, pegawai Donat Madu Cihanjuang menyarankan aku untuk ikut menjadi reseller. Ia memberi aku kartu nama pemilik Donat Madu Cihanjuang, ibu Fanina Nisfulaily, untuk aku hubungi jika berminat menjadi reseller.

Sekarang, jika ada saudara atau teman jauh berkunjung ke rumahku, Donat Madu Cihanjuang akan menjadi salah satu rekomendasi oleh-oleh yang harus dibawa ^^

24.12.11

Pecinta Kopi

Road to Indonesian Coffee Festival Bali 2012


Dari judulnya, memang tujuan acara pertemuan kopi ini adalah sebagai pemanasan menuju Coffee Festival yang sebenar-benarnya di Ubud Bali tahun depan. Aku melihat spanduk bertebaran di sepanjang jalan menuju tempat kerjaku sejak sekitar seminggu sebelum acara berlangsung. Acara yang berbau kopi ini diadakan di Ciwalk Bandung dan tentunya gratis di tanggal tua, 23 Desember kemarin. Selain spanduk-spanduk yang membuatku ingin datang, seperti biasa, ajakan Riane yang sama-sama pecinta kopi mulai menghantui.


Akhirnya, sepulang kerja di hari terakhir sebelum menyambut liburan, aku menyempatkan datang ke acara 'Road to Indonesian Coffee Festival' ini.



Sesampainya di lokasi, aku baru sadar kalau akan ada penampilan dari Amy Kurniawan and friends. Amy Kurniawan ini adalah violis dari 4Peniti favoritku dan aku pernah menyaksikan penampilannya bersama murid-murid di sekolah musiknya. Bisa dibaca di sini.

Amy Kurniawan and friends. Kang Amy yang paling kiri, violis yang sedang bermain gitar.

Ada sekitar 17 stand di festival kopi ini, rata-rata mereka adalah cafe yang ada di sekitar Bandung dan Jakarta. Ini beberapa pesertanya.



Bandar Kopi dan model yang sedang sesi pemotretan.

Kopi Aku

Riane di stand KotaKopi

Selain banyak stand yang menyajikan kopi gratis dan panggung musik dengan irama jazz, ada pula pemutaran film dokumenter tentang kopi dan penampilan Wayang Tavip yang bercerita tentang kopi. Dan yang juga menarik adalah demo dari para barista dari beberapa cafe dan kedai kopi di sana.

Barista dari Kedai Kopi Mata Angin

Barista dari Tree House Cafe sedang mendemokan cara pembuatan kopi bakar.


Tiap kali para barista ini selesai berdemo, semua hasil demo dibagikan pada pengunjung festival. Dan aku cukup beruntung melihat aksi demo di barisan depan, karena lumayan dapat kopi cantik gratisan. Aku dapat cappucinno dari Tree House Cafe!

Cappucinno gratis hasil demo barista ^^
Dijadikan sebagai properti untuk foto dulu sebelum dihabiskan.

Aku dan cappucinno gratisan!


Ada beberapa stand yang juga menawarkan dagangannya berupa mesin pembuat minuman. Harganya sangat mahal sesuai dengan kenikmatan meminum kopinya.


Wow, harganya fantastis!

Rasanya akan lebih seru kalau bisa menghadiri Coffee Festival yang sebenar-benarnya di Bali ya...

Lilly dan Riane yang menemani aku di Ciwalk kemarin.

Sebelum pulang, aku, Riane dan Lilly berpapasan dengan teman semasa SMA Tovik yang sekarang jadi fotografer. Jadi wajib dong nyobain difoto dan ini hasilnya....

Cantik yaaa.... ^^
Makasih banyak!

18.12.11

"Itu lokomotif, bukan gerbong!"

Serombongan pasukan yang suka makan, nongkrong dan pembuat huru-hara ini terprovokasi untuk datang ke tempat tersembunyi di lingkungan stasiun kereta api Bandung. Kabarnya, entah dengar atau baca dari mana, ada restoran yang menyajikan suasana bagaikan makan di dalam gerbong kereta. Kabarnya sih bergitu...


Hanya dengan berbekal rasa penasaran atas kabar itu, kami membuat janji di Sabtu sore untuk makan di tempat itu. Riane, yang 'keukeuh' kita akan makan di gerbong kereta, datang ke tempat itu duluan. Nama tempatnya Lokomotif Kuliner di jalan Perintis Kemerdekaan persis di kantor PT. KAI di samping Bank BNI. Rombongan yang belum sampai di tujuan penasaran dan terus bertanya tentang penampakan tempat itu via grup bbm. Dan kami hanya mendapatkan jawaban, "Kejutaaaannn..."


Akhirnya, aku sampai di tempat itu di sore yang gerimis.




Restoran ini terletak tepat di belakang lokomotif, tapi ternyata bukan dalam wujud gerbong kereta api. Kami semua sempat mencari, dimana kira-kira gerbongnya, tapi ternyata memang tidak pernah ada.

Sesampainya di sana, aku langsung membaca buku menu. Ternyata harganya sangat murah! Untuk menu minumannya rata-rata seharga 5000, 6000 dan 10.000 rupiah saja.


Aku serius baca buku menu karena lapar berat!

Nasi goreng seafood Rp. 17.000,-

Hot chocolate, aku habis 2 cangkir @ Rp. 6000,- 

Lokomotif Kuliner ini berada di tempat yang cukup tinggi, sehingga kita bisa cukup jauh melihat pemandangan kota Bandung dan juga sungai yang ada di sampingnya. Pemandangan kota Bandung akan terlihat semakin gemerlap saat malam hari. Siapkan jaket tebal karena anginnya cukup kencang.

Sungai di sampingnya.


Lokomotif di malam hari.

Karena sore dan malam itu hujan cukup awet, kami semua tertahan di sana cukup lama. Pembicaraan tentang  hal-hal gaib, menonton beberapa video di Youtube hingga acara pemotretan kami lakukan untuk menunggu hujan reda.

Kami semua: Julian, Ari, Soupi, Febe, Linda, Ayu, Ryan, aku dan Ane.

Riane, sang penyebar berita restoran gerbong kereta.

Ari, aku, Riane, Julian dan Soupi bergaya dulu sebelum pulang. Linda menunggu di motor, yang lain sudah pulang duluan.

Yah, sekian cerita tentang lokomotif. Dan ternyata lokomotifnya tanpa gerbong kereta. Sebenarnya, ide tentang restoran di gerbong itu ide yang cukup oke. Coba benar-benar direalisasikan PT. KAI untuk pariwisata Bandung....